well

Face the future

Forget the past

Welcome to nophioeiSite♥
My World and My Lifes

 

你让

感觉

更好

 
       
 
   
       
           
   
Profile


'иσρнι σɛι'ƨ нσмɛ'
ι нσρɛ ʏσʋ cαи ɛиʝσʏ тнιƨ .
ƉЄΔЯ ĦΔƬЄЯƧ , Ĵʋƨт ɢɛт тнɛ нɛℓℓ σʋт
ИσρнιЄ ѲЄι
Bιятн∂αʏ : 25 иσѴɛмвɛя 96
˩ικɛƨ : σиℓιиɛ , ρικαcнʋ , ρσяιиɢ , яʋяʋʋ , cʋтɛ ƨтʋғғ , ɛтc ♥
making-sweetness ƨтʋρι∂
making-sweetness мʋƨιc
making-sweetness cнιℓ∂ιƨн
making-sweetness ғσσℓ
making-sweetness иιcɛ
♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Єтc ♥
- иσρнι Ѳɛι -
visitor :

Sweet things




making-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetness

<

© Nophi Oei's Templated , Created at 6:02PM 18-08-2011 :) .

making-sweetness Chap 14:Reunion
Thursday, 28 April 2011 making-sweetness Back to the top

"Hai Peter." Grit menyapa Peter, melambaikan tangannya dan tersenyum.

"Grit, aku tidak menyangka, hahaha." Peter tertawa, kemudian tersenyum masam. "Kali ini kau yang akan menjadi lawanku, sebagai Messenger Of Death?"

"Mungkin." Grit memutar kepalanya, kemudian menggeretakkan tulang-tulang di sekujur tubuhnya, senyum masih belum menghilang dari wajahnya. Sangat pelan, ia menaikkan tangan dan membetulkan letak kacamatanya. "Atau mungkin ... salah satu dari kita akan saling membunuh." lanjutnya lagi. Peter tertawa keras, kemudian mengeluarkan pisau kecil yang disembunyikan dalam jaketnya dan melemparkannya pada Grit, ia sendiri mengeluarkan pisau yang sedikit lebih panjang.

"Itu." tunjuk Peter ke arah pisau yang tergeletak di tanah. "Pisau favoritmu, sewaktu kita berlatih ilmu beladiri di sekolah, semoga kau belum lupa cara menggunakannya. Yah ... semoga kau bisa menusukkan benda itu ke sini." Peter menunjuk lehernya sendiri. Grit berjalan ke arah pisau itu dan membungkuk, memungutnya dan menggenggamnya.

"Sepertinya aku sedikit lupa cara menggunakannya, mungkin perlu latihan sejenak." Grit berjalan ke arah sebatang pohon, kemudian mengayunkan pisaunya secepat angin, dalam sekejap pohon itu roboh. "Atau mungkin tidak."

"Menarik sekali, Grit." Peter menghunus pisaunya. Mereka berdua mengambil kuda-kuda, bersiap untuk bertarung. Lukas hendak maju, namun ditahan oleh Grit.

"Ini pertarunganku."

Akhirnya Lukas mundur dan mengangguk, matanya menatap Grit dengan penuh kepercayaan. Ia yakin, Grit pasti akan menang, pasti.

Angin malam yang bertiup di hulu sungai terasa bagaikan ribuan jarum yang terus-menerus menyayat tubuh Grit yang terbalut dalam jaket motor-nya. Ia menatap ke arah Peter sekali lagi, mata Peter tidak berubah, masih tetap hitam kecokelatan. Namun, keinginan membunuh yang kuat terpancar keluar dari pupil matanya.

"Poison Enchant."

Tangan Grit bersinar kehijauan, kemudian sinar itu berpindah ke dalam pisau yang digenggamnya. Pisau itu terlihat ... basah?

"Racun Basilisk, raja ular." tebak Peter. "Segores luka, bisa membuatku pergi ke surga."

"Hanya neraka yang cocok untuk iblis sepertimu."

"Mengacalah sebelum bicara."

Tatapan mata mereka berdua bertambah tajam. Grit dan Peter tidak lagi bercanda, mereka serius. Nafas Grit masih stabil, kian pelan. Tangannya menggenggam erat gagang pisau yang tajam itu. Berkonsentrasi dalam mengamati gerakan Peter.

Peter Christian, dulunya adalah kakak kelas Grit dalam ilmu beladiri pisau. Ia terkenal dengan julukan The Genius Slayer ataupun Knife Master karena di usia-nya yang ke-16, ia sudah bisa membantai seekor harimau hanya dalam waktu 1 menit menggunakan pisau kecil, tanpa peralatan apapun lagi. Sedangkan Grit? Dijuluki Pathetic Kid dan Broken Knife karena serangannya selalu lambat dan meleset. Saat usianya-15 tahun, Grit bahkan belum bisa menumbangkan pohon yang tidak terlalu besar.

Namun semuanya kini berbeda. Grit akan menang, itulah yang dipercayai oleh Lukas dan teman-temannya. Grit tidak akan mati, ia akan selamat. Dan ia akan menjadi salah satu dewa di dunia yang baru.

Angin berhembus meniup dan menjatuhkan daun pohon. Dan saat daun itu menyentuh tanah, saat itulah pertarungan akan dimulai. Daun itu mengambang, semakin jatuh ke bawah, dan...

"Tring!"

Pisau Grit dan Peter beradu. Grit mundur sedikit, kemudian mendengus.

"Lambat, Grit."

Grit menoleh, Peter sudah berada di belakangnya dengan pisau di genggamannya, mengincar punggung Grit.

"Cih!"

Grit tidak sempat kabur, ia menjatuhkan dirinya dan segera mengayunkan kakinya ke atas. Namun gerakan Peter seperti angin, ia sudah tidak ada di sana. Grit mempererat genggamannya pada pisau kecil itu. Mata pisau yang basah oleh cairan kehijauan, racun Basilisk yang akan membunuh seseorang bila setetes saja masuk ke dalam aliran darahnya, namun apa artinya kalau Grit bahkan tidak bisa menggores Peter?

"Di sana!"

"TRAK!"

Sekali lagi, pisau mereka berdua beradu. Grit masih terduduk di tanah, tangannya bergetar pelan. Keringat dingin menetes menuruni pelipisnya, sedikit lagi, jika ia telat sediit saja, bisa dipastikan Grit sudah kehilangan lehernya yang kurus.

"Hoo, hebat... bisa membaca arah seranganku." gumam Peter. "Tapi... masih terlalu LAMBAT DAN LEMAH!"

Pisau Grit terpental, Peter segera menggunakan kesempatan itu untuk mengincar wajah Grit. Pisau itu dihujamkan lurus ke arah wajah mantan temannya itu, dan ...

"Cret!"

Darah menetes dari pipi kiri bagian atasnya, Grit berhasil menelengkan kepalanya di saat terakhir saat pisau itu hampir mengenai mata kirinya, yang mungkin akan membuatnya menatap kegelapan dengan mata kirinya seumur hidup.

"Payah." Peter menahan kepala Grit dengan tangan kirinya, kemudian dengan sigap menendangnya dengan kaki panjangnya. Tubuh Grit terpental tinggi ke atas, ia memuntahkan darah. Tidak sampai di situ, saat tubuh Grit masih melaju naik, Peter dengan cepat naik ke atas pohon dengan kedua kakinya dan melompat ke arah atas Grit, kemudian sekali lagi menghadiahinya tendangan hingga ia jatuh keras ke tanah.

"Surprise!"

Peter menduduki pinggang Grit, menggenggam pisaunya dengan kedua tangannya. Dan menghujamkannya dengan cepat ke punggung Grit."WUAHHHH!"

Jeritan kesakitan Grit memilukan telinga. Vonny menutup matanya dengan tangannya, menangis.
"HEY LUKAS, GRIT BISA MATI!" pekik Stella ke arah Lukas, Lukas masih diam, menatap Grit.

"TOLONG DIA!" bentak Yuni, ia mencengkeram kerah baju Lukas dengan penuh amarah.

"Ini adalah, pertarungan takdir Grit." jawab Lukas pelan, Yuni mengendurkan cengkeramannya.

"Apa maksudmu?"

"Jika ia tidak bisa mengalahkan, dan melebihi orang itu, berarti ia masih seperti dirinya dulu. Pertarungan ini bukanlah pertarungan Grit dengan Peter, tapi pertarungan Grit dengan dirinya sendiri, jika ia bisa mengalahkan dirinya sendiri ... ia pasti akan berhasil memperoleh kemenangan atas Peter Christian."

Yuni melepaskan tangannya, menatap ke arah Grit yang sekarat, melihat darah merembes keluar dari luka di tubuh serta lubang di jaketnya yang dibuat oleh Peter.

"Grit pasti akan menang."

Grit berdiri, dengan susah payah setelah Peter berjalan menjauh.

"Tunggu!" bentak Grit, wajahnya berkeringat hebat, tubuhnya gemetar, namun cengkeraman di pisaunya bahkan lebih kuat dari sebelumnya. "Ini akan menjadi pertarungan kita... YANG TERAKHIR!"

Grit melesat maju, Peter ikut melesat ke arah Grit. Mereka semakin dekat, dan semakin dekat.
"CRASH!"

Darah mengalir ke tanah yang lembab. Darah Grit.

"Brukkkhh!"

Grit ambruk ke tanah, tidak bergerak sama sekali. Peter mendarat dengan sempurna di atas tanah.

"Luar biasa Grit, aku tidak menyangka kau memiliki rencana seperti itu." Peter mendekati tubuh Grit yang terbaring kaku di tanah, lalu menginjak rambutnya, mendorong wajahnya ke tanah. "Melompat untuk menikamku, namun jangan kira aku tidak mengetahui taktik itu...kecepatan, kekuatan, dan kejeniusanku, seluruhnya berada di atasmu. Selamat tinggal, Grit Kenson."

Peter melangkah ke helikopternya.

"Selamat tinggal, Peter Christian." Grit mengangkat kepalanya, tersenyum penuh kemenangan. Matanya bersinar kemerahan.

"Deg!"

"Uhukkk!"

Darah menetes dari tepi bibir Peter, ia jatuh berlutut, bertumpu pada lututnya. Matanya melotot.

"Bagai...mana?" tanyanya keheranan, racun Grit sudah memasuki tubuhnya, tapi bagaimana?

"Huh, lihatlah ke pinggangmu." Grit berdiri, dan menunjuk ke pinggang Peter. Peter memiringkan kepalanya, melihat bahwa jaket dan baju dalamnya telah tergores sesuatu, dan beberapa tetes darah mengalir dari sana.

"Tidak... TIDAK MUNGKIN! KAU TIDAK BERHASIL MENIKAMKU! DAN PISAUMU TIDAK MUNGKIN BISA MENCAPAI PINGGANGKU. AKU MELIHATNYA... AKU MELIHAT MATA PISAUMU TIDAK MENCAPAI BAGIAN TUBUHKU! BAGAIMANA MUNGKIN?" pekik Peter, kemudian ia ambruk ke tanah, mulutnya memuntahkan darah semakin banyak.
"Huh, maksudmu pisau ini?" Grit memperlihatkan pisaunya, kemudian berjalan mendekat ke arah Peter dan memberinya penglihatan yang lebih jelas.

"A-Apa?"

Grit tersenyum.

"Ya, pisauku memang pendek, tapi racunku tidak."
Peter melihat lapisan kehijauan, racun Grit itu menyatu, membuat pisaunya menjadi lebih panjang hingga jangkauannya lebih panjang.

"Sebagai pemilik Poison Note, apa jadinya kalau aku tidak bisa mengendalikan racunku? Hihihi." Grit kemudian menendang tubuh Peter ke sungai, membiarkan tubuhnya hanyut terbawa arus.

"Selamat Tinggal, Peter Christian."

making-sweetness POSTED BY ИσρнιЄ ѲЄι あやか AT 09:46 | 0 Comments

? Older posts making-sweetness Newer posts ?