well

Face the future

Forget the past

Welcome to nophioeiSite♥
My World and My Lifes

 

你让

感觉

更好

 
       
 
   
       
           
   
Profile


'иσρнι σɛι'ƨ нσмɛ'
ι нσρɛ ʏσʋ cαи ɛиʝσʏ тнιƨ .
ƉЄΔЯ ĦΔƬЄЯƧ , Ĵʋƨт ɢɛт тнɛ нɛℓℓ σʋт
ИσρнιЄ ѲЄι
Bιятн∂αʏ : 25 иσѴɛмвɛя 96
˩ικɛƨ : σиℓιиɛ , ρικαcнʋ , ρσяιиɢ , яʋяʋʋ , cʋтɛ ƨтʋғғ , ɛтc ♥
making-sweetness ƨтʋρι∂
making-sweetness мʋƨιc
making-sweetness cнιℓ∂ιƨн
making-sweetness ғσσℓ
making-sweetness иιcɛ
♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Єтc ♥
- иσρнι Ѳɛι -
visitor :

Sweet things




making-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetness

<

© Nophi Oei's Templated , Created at 6:02PM 18-08-2011 :) .

making-sweetness Chap 4:War
Thursday, 28 April 2011 making-sweetness Back to the top

***"Death, kami sudah tahu apa yang kau rencanakan, tapi ketahuilah." A menarik nafas. "Apa yang yang lakukan ini adalah KEJAHATAN!"

"Kau bilang aku jahat?" Lukas mulai naik pitam, ia membuka tutup pennya dan mulai membuka halaman Death Note "Aku, kami adalah dewa! Justru orang yang melarang kehendak dewa adalah penjahat!"Dengan segera Lukas menuliskan 'Arnold A Leonardo, mati karena serangan jantung, 16:31'  kemudian segera melirik jam tangannya. 1 menit, dalam 1 menit A akan tewas. Grit mengunyah biskuitnya. "Sayang ya dia terlalu bodoh, kalau dia sedikit lebih pintar ini pasti menarik."

"Yap... padahal akhirnya kita sudah mendapat lawan." Jawab Novianna, turut melahap mochi-nya. Kemudian dengan santai mereka menunggu waktu berjalan. 58, 59, 60!

"Ough!" Terdengar suara rintihan, dalam sekejap Arnold A Leonardo jatuh dari meja pembacaan berita dan segera diamankan.

"Hahahaha! Baru dia tahu rasanya menantang dewa!" Tawa Yuni.

"Ga ada lagi yang mau kau katakan A? Ayo bicara lagi!" Vonny ikut mengejek, mereka bertujuh tertawa terbahak-bahak. Tapi tawa itu lenyap saat muncul lambang A, PC, dan, CT.

"Wow, aku tidak percaya tapi sepertinya itu benar. Death, kau bisa membunuh orang tanpa harus langsung mendekati mereka? Aku tidak bisa memastikan ini sebelum melihatnya tapi sekarang aku percaya." terdengar suara manipulasi dari layar TV.

"Dengar, Death... orang yang baru kau bunuh tadi, Arnold A Leonardo adalah kriminal yang jadwal esekusinya memang hari ini, itu bukan aku."

"Apa?" Vivian juga mulai mendekat ke TV.

"Dengarkan aku Death, aku, beserta 2 orang partnerku, PC dan CT akan menangkapmu!"

"Hoho, bocah ini ternyata cukup pintar." Gumam Vonny.

"Sepertinya lu terdesak lho, Kas." Sindir Novi, Lukas tidak mengacuhkannya dan tetap menatap layar TVnya dengan tatapan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

"Ketika aku menangkapmu, aku, PC, dan CT akan memberimu hukuman mati... selamat tinggal, Death."

Kemudian layar TV pun tertutup mozaik. Lukas memegangi kepalanya dan terduduk di lantai. Grit menjatuhkan biskuitnya, Vivian masih menatap ke layar TV, Stella terdiam sejak tadi, sedangkan Vonny dan Yuni hanya bisa memandangi Lukas."HUAHAHAHAHAHAHA! Mau menghukum mati kami?" Mendadak tawa Stella terdengar, disusul oleh tawa mereka semua bersamaan. "Gue ga tau seberapa bodohnya 3 bocah itu... ayo saja kalau mereka nantang kita.""Tepat sekali, saat ketemu gue pengen hipnotis mereka semuanya!" Ujar Vonny.

"Mari kita butakan sebelum dibunuh!" Kata Vivi.

"Habis dibutakan, kita racunin aja!" kata Grit.

"Setelah keracunan kita bikin dia sakit!" Tambah Novi.

"Kemudian kita kurung dia ke dalam es!" Kata Yuni.

"Dan terakhir..." Stella terdiam sebentar, menatap ke arah Lukas yang tersenyum licik bagaikan senyuman Iblis. "Kita bunuh mereka." Sambung Lukas, mereka semua tertawa, tertawa, dan tertawa.

***

A's POV*
"Kenapa waktu itu Death tidak membunuhku ya?" Pikiran itu masih melayang dalam otakku, kalau dilihat dari kondisi sepertinya mustahil sekali jika saat itu mereka tidak mau membunuhku, apa karena aku bukan penjahat? Tidak, tidak mungkin...

"A." CT mengetuk pintu kamarku, dengan cepat aku menutup laptop yang berisi foto-foto mantan penjahat yang kasusnya kupecahkan.

"Masuklah CT." Gumamku pelan, pintu terbuka dan CT... penampilannya seperti biasa, memakai mantel hitam panjang dengan topi dan sepatu hitam. "Ada apa?"

"A, aku ingin berdiskusi, kira-kira bagaimana cara mereka membunuh." CT duduk di sofa, kemudian melepas topinya, memperlihatkan rambutnya yang kecoklatan. "Apa kau punya pendapat?"

Aku merenung sejenak. Benar, memang mustahil bisa membunuh seperti yang dilakukan oleh Death. Bisa dibilang bahkan Death itu tidak ada dan itu semua benar-benar hukuman dari dewa. Tapi... Tidak, tidak mungkin sekali dewa membunuh orang-orang yang kejahatannya masih kecil, bahkan beberapa penjahat yang baru pertama kali melakukan kejahatan. Ini sama sekali keterlaluan bila disebut 'Hukuman Dewa'.

"Tidak CT, aku tidak punya pendapat." Jawabku, kemudian menatap ke arah cangkir kopi yang berisi kopi manis yang kental. Yang paling bagus kalau dia sendiri yang mengaku dan memperlihatkan caranya membunuh, tapi... itu tidak mungkin.

***

Vonny's POV*

"Lukas, apa lu yakin kita akan tetap di Jepang? Dia sudah curiga kalau kita ada di Jepang lho." kataku saat berpapasan dengan Lukas di koridor.

"Tidak, justru aku ingin menantangnya." Jawabnya. Aku menghela nafas, Lukas memang orang yang menyukai hal-hal yang ekstrim, tapi ini terlalu berbahaya. Bisa jadi ini seperti permainan kematian dimana yang kalah akan mati. "Kenapa Von? Kalau takut lu boleh mundur kok." Sambungnya cepat.

"Ah, tidak! Gue..." Kataku terbata-bata aku kan tidak enak kalau Lukas berpikiran negatif, apalagi jika dia sampai  berpikiran aku ingin mengkhianatinya dan sebagainya. Tapi tak kusangka, ia malah tersenyum.

"Gue ga keberatan kok kalau lu mundur, semua orang pasti takut mati. Udah ya, gue mau mandi malam dulu, Bye." Gumamnya sambil mengibaskan handuknya ke bahunya yang lebar, kemudian melangkah ke arah kamar mandi.Ah, rasanya aku juga jadi mau mandi.

***

Vivian's room, 3rd Person POV

"Hei Vi, lu kenapa? Kok daritadi bengong?" Novianna menepuk bahu Vivian yang terduduk lemas di atas futon(kasur)-nya, Vivian menoleh sejenak ke Novi, kemudian menjawab. "Nggak, nggak ada apa-apa."

"Jangan bohong deh Vivi, kami tahu kok kalau lu ada masalah." Sela Stella yang sejak tadi membuka facebook-nya melalui handphone. Vivian tampak resah, kemudian seolah pasrah ia mulai menjawab. "Lukas... agak beda ya tadi?"

"Hah? Beda gimana? Kalau lebih jelek sih tiap hari dia tambah jelek." canda Novi, Vivian tertawa getir kemudian meneruskan. "Bukan, agak gimana gitu..."

"Dia sangat tertarik oleh tantangan A..." Mendadak Grit berdiri di ambang pintu, Stella, Novi, dan Vivi spontan melihatnya. Vivian yang heran lantas segera bertanya lagi. "Apa maksudmu?"

"Well... malam itu Lukas cerita..."

***

2 tahun yang lalu, setahun setelah mendapatkan L-Note. Grit's POV*

"Oy Grit!" Lukas menepuk punggungku yang sembari tadi bengong, ia tersenyum dan mengambil tempat di sebelahku, aku hanya bertanya tanpa berpaling padanya. "Ada apa?"

"Lu ngerasa nggak sih... ini membosankan!"

"Maksudmu?"

"Yah..." Lukas menegakkan duduknya, kemudian menatapku. "Kalau kita bisa mengubah dunia hanya dengan kriminal, tanpa ada tantangan, ini membosankan banget."

"Maksudnya lu mau dikejar-kejar polisi?"

"Mungkin."

"Dasar ga waras!"

***

"Waktu itu gue pikir dia cuma bercanda, tapi ternyata..." Grit tidak meneruskan ceritanya, melainkan hanya menatap ke arah Vivian,Stella, dan Novianna. "Apa kalian mau mundur?"

"Tidak, aku cuma bertanya... lagipula waktu itu kan kita semua udah janji akan ngubah dunia ini sama-sama." Vivian tersenyum. Grit mengacungkan jempolnya seraya membalas senyuman. "Oh iya, Grit..."

"Eh?"

"Ini kamar cewek lho."

Senyuman Vivian sudah cukup untuk membuat Grit menutup pintu dan berlari ke kamar cowok.

"Dasar cowok ganjen."

***

Keesokan harinya, mereka tetap menjalankan rutinitas seperti biasa, tapi...

"Ahhh, oi! Semua! Kumpul!" Terdengar suara Novi di ruang makan, semua orang segera berkumpul.

"Gawat! Yuni hilang!"

"APA?"

Bersambung

making-sweetness POSTED BY ИσρнιЄ ѲЄι あやか AT 09:10 | 0 Comments

? Older posts making-sweetness Newer posts ?