well

Face the future

Forget the past

Welcome to nophioeiSite♥
My World and My Lifes

 

你让

感觉

更好

 
       
 
   
       
           
   
Profile


'иσρнι σɛι'ƨ нσмɛ'
ι нσρɛ ʏσʋ cαи ɛиʝσʏ тнιƨ .
ƉЄΔЯ ĦΔƬЄЯƧ , Ĵʋƨт ɢɛт тнɛ нɛℓℓ σʋт
ИσρнιЄ ѲЄι
Bιятн∂αʏ : 25 иσѴɛмвɛя 96
˩ικɛƨ : σиℓιиɛ , ρικαcнʋ , ρσяιиɢ , яʋяʋʋ , cʋтɛ ƨтʋғғ , ɛтc ♥
making-sweetness ƨтʋρι∂
making-sweetness мʋƨιc
making-sweetness cнιℓ∂ιƨн
making-sweetness ғσσℓ
making-sweetness иιcɛ
♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Єтc ♥
- иσρнι Ѳɛι -
visitor :

Sweet things




making-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetness

<

© Nophi Oei's Templated , Created at 6:02PM 18-08-2011 :) .

making-sweetness Chap 3:Game
Thursday, 28 April 2011 making-sweetness Back to the top

***

Vivian berjalan menyusuri dinginnya Tokyo, ya... saat ini Grit, Novianna, Vivian, Lukas, Stella, Vonny, dan Yuni sedang berada di kota Tokyo, Jepang. Mereka akan mengadakan perpisahan. Karena bulan depan, mereka semua akan tamat sekolah dan kuliah sesuai cita-cita dan harapan mereka masing-masing.


"Brr..." Vivian menggigil, ia memang keluar dari Villa mereka untuk membeli takoyaki, tapi ia tidak menyangka udara Tokyo akan sedingin ini di bulan Desember.


"Kalau terus terusan diam di sana, nanti masuk angin lho."
Vivian berbalik, wajahnya segera memerah. Dengan kesal ia berlari pergi.


"Tunggu! Vivian! Aku mau bicara!" Sosok itu mengejar Vivi yang berlari. Vivi tidak memperdulikannya, ia tetap berlari sambil terus memeluk erat kantong plastik berisi makanan tersebut.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan! Gua benci sama lo!" Bentaknya tanpa memperlambat gerakan kakinya. Akhirnya sosok itu menyerah, dan Vivian berhasil pulang ke Villa tempat mereka menginap.

***Villa Karuizawa, Grit POV*

Aku menyandarkan badanku ke sofa, jaket tebalku masih bisa menutupi tubuhku walau tidak cukup untuk memberinya kehangatan penuh. Namun bagus, daripada tidak ada sama sekali.


"Tok! Tok!"

Terdengar suara pintu diketuk, dengan malas aku beranjak ke depan pintu. Lukas dan Stella sedang pergi shopping di mall, Vonny, Yuni, dan Novi sedang pergi melihat-lihat objek wisata di kota ini, jadinya aku yang bangun kesiangan ditinggal deh.

"Cklek!"

"Vi? Lu kenapa?"

Aku kaget melihat sosok Vivian yang tampak pucat di depan mataku, bukan karena dinginnya salju melainkan sepertinya ia sangat sedih, panik, dan geram.

"A-A..."

"Nanti baru cerita, masuk dulu... gua bikinin susu hangat."

Aku menuntun Vivian masuk, kemudian menyuruhnya duduk di sofa sementara aku membuatkan susu hangat. 10 menit kemudian aku sudah meletakkan secangkir susu hangat di meja ruang tamu. Vivian segera mengambil dan meneguknya, tubuhnya menggigil.

"Kenapa Vi?" Tanyaku saat kulihat dia mulai tenang, Vivian tampak sedih kembali. Ia menghela nafas kemudian meletakkan cangkir susu tersebut, berusaha menatapku dengan tatapan yang sewajar mungkin.

"Tadi aku ketemu Andy."

"Hah? Andy? Di Tokyo?" Tanyaku kaget, Vivian mengangguk. Andy, teman sekelas kami dulu di SMP. Setahuku, dulu dia memang sempat digosipkan bertengkar dengan Vivi, tapi kudengar masalah itu sudah lama selesai, sehingga aku tidak mengungkitnya lagi. Sekali lagi aku menatap Vivian, air mata mulai berjatuhan dari sudut matanya. Dengan hati-hati aku mengelus rambut atasnya bagaikan seorang kakak. "Tenang, semua pasti baik-baik aja."


Memang, harus kuakui aku cepat dekat dengan Vivian. Yah, untuk cowok sahabat terbaikku memang Lukas, tapi tidak diragukan lagi kalau Vivian adalah sahabat cewek yang paling bisa mengerti diriku, dia selalu bisa men-support diriku jika ada masalah, lalu kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama untuknya? Apalagi kami kenal sudah cukup lama, enam tahun.

"Ehem... apa aku mengagganggu?"

Mendadak Novianna sudah berada di ambang pintu, dengan kaget aku segera menyingkirkan tanganku.

"Apa sih yang lu bicarain? Wong kami ga ada apa-apa..." Jawabku setenang mungkin, Novi menaikkan alis, kemudian menjawab santai.

"Iya dehhh sama-sama sudah ada yang punya, ia kan Carineeee?"

"Novi!"

Tanpa cerminpun aku sudah tahu wajahku pasti sekarang merah padam, Carine adalah nama panggilan dari pacarku, Catherine. Vivian pun segera meneguk habis susu yang kubuat dan tersenyum, walau aku tahu itu adalah senyum yang terpaksa.

"Nov, beli barang-barang Jepang yang kawaii nggak? Hehehe." Ujar Vivi, Novi segera mengangguk dengan senyum puas. Kemudian memperlihatkan benda-benda yang tadi dibelinya kepada Vivian.

***
Shopping Mall, 3rd Person POV*

Lukas dan Stella yang sedang berada si shopping mall karena Lukas(dipaksa) menemani Stella untuk berbelanja. Alasan Stella memilih mengajak Lukas: Paling mudah disuruh-suruh, orangnya lemah dan gampang diperdaya, tenaganya lumayan untuk mengangkat barang belanjaan, paling hemat biaya alias gratis.

"Hoi, udah cukup belum? Lengan gua udah mau patah nih." Ujar Lukas dengan nada resah, tapi Stella tidak peduli dan tetap memilih-milih barang, menggesek kartu kredit, kemudian menambah beban bawaan Lukas.

"Oke, cukup... ayo kita pulang!"

"Gua yang nyetir!" Lukas dengan nada marah segera membanting semua barang belanjaan ke kursi belakang saat mereka tiba di lapangan parkir dan memasuki mobil mereka. "Muak gua lama-lama... lain kali kalau lu ngajakin gua shopping,ingatkan gua buat menjawab: TIDAK."

Lukas menstarter mesin mobil. Stella hanya mengangguk-angguk dengan cuek seraya membaca majalah wanita.

"Brrmmm!"

Mobil Lamborghini Silver segera melesat keluar dari lapangan parkir Shopping mall tersebut, Lukas membuka atap mobil supaya mereka bisa merasakan dinginnya udara Tokyo, karena berbeda dengan Vivian, Lukas adalah tipe cowok yang sangat menyukai udara dingin(secara tiap tidur ga pernah pake baju).

"Oi! Lu nyetir yang bener!" Stella dengan khawatir memperhatikan Lukas karena perasaannya sudah mulai tidak tenang.

"Ini belum seberapa, pegangan!"

"Pada apa?"

"BRRRMMM!" Lukas menginjak gas lebih dalam lagi, mobil sporty itu segera meluncur cepat, namun di tengah jalan mereka dicegat oleh polisi.

"Anda ditilang!(Dalam bahasa Jepang)" Seorang polisi menuliskan surat tilang kepada Lukas, Stella dengan cermat memperhatikan nama polisi tersebut, kemudian mengeluarkan Freeze Note(Yang dipinjam dari Yuni) dan menulis nama polisi tersebut.

"Cih, maaf ya pak, saya lagi buru-buru... ini buat beli rokok" Lukas menyelipkan uang 50 dolar ke kantong jas polisi muda itu, polisi itu tersenyum dan merobek surat tilang itu kembali.

"Terima kasih na..."

Dalam sekejap badan polisi itu seperti membeku, terselubung oleh es tipis, Lukas segera memecahkan es di bagian dada dan mengambil kembali uang 50 dolar yang diberikannya. Kemudian mengambil spidol dan menulis "BAKA!(Bodoh)" di badan polisi yang terselubung es tersebut.

***
A's POV*
"CT, kau sudah melacak posisi The Messenger Of Death?""Belum A, aku sudah berusaha mencari informasi, tapi...""Tapi apa?"

"Walau aku tidak tahu apapun, tapi aku menyarankanmu untuk mencari di Jepang sekarang."

"Kenapa?"

"Seorang polisi ditemukan membeku di Tokyo tanpa alasan yang jelas,ini cukup kan untuk dijadikan petunjuk?"

"Bagus, sekarang siapkan tayangan spesial kita."

***
Villa, 3rd Person POV

"Brr, dinginnya... aku bisa membeku!" Gerutuh Vonny seraya memakai sweaternya, mereka bertujuh sedang menonton TV di ruang tamu Villa. Yuni tidak berkata apa-apa melainkan hanya menyalakan TV.

"Saya Arnold A Leonardo, ingin menyampaikan pesan kepada The Messenger Of Death yang dikenal dengan singkatan Death,Death... aku sudah bisa menebak apa yang kau rencanakan..."

"Hei lihat ini, sudah ada rupanya yang menentang kita." Ujar Vonny, Lukas yang sejak tadi menutup matanya mulai membuka matanya dan melirik TV.

"Ketahuilah kalian itu busuk dan jahat!"

"STELLA! BERIKAN DEATH NOTE!" Pekik Lukas tidak tahan. "Beraninya kau menghina dewa-dewamu, kami akan memberikanmu HUKUMAN DEWA!"

Bersambung

making-sweetness POSTED BY ИσρнιЄ ѲЄι あやか AT 09:07 | 0 Comments

? Older posts making-sweetness Newer posts ?