well

Face the future

Forget the past

Welcome to nophioeiSite♥
My World and My Lifes

 

你让

感觉

更好

 
       
 
   
       
           
   
Profile


'иσρнι σɛι'ƨ нσмɛ'
ι нσρɛ ʏσʋ cαи ɛиʝσʏ тнιƨ .
ƉЄΔЯ ĦΔƬЄЯƧ , Ĵʋƨт ɢɛт тнɛ нɛℓℓ σʋт
ИσρнιЄ ѲЄι
Bιятн∂αʏ : 25 иσѴɛмвɛя 96
˩ικɛƨ : σиℓιиɛ , ρικαcнʋ , ρσяιиɢ , яʋяʋʋ , cʋтɛ ƨтʋғғ , ɛтc ♥
making-sweetness ƨтʋρι∂
making-sweetness мʋƨιc
making-sweetness cнιℓ∂ιƨн
making-sweetness ғσσℓ
making-sweetness иιcɛ
♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Єтc ♥
- иσρнι Ѳɛι -
visitor :

Sweet things




making-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetnessmaking-sweetness

<

© Nophi Oei's Templated , Created at 6:02PM 18-08-2011 :) .

making-sweetness Chapter 1:Begining
Thursday, 28 April 2011 making-sweetness Back to the top

WARNING:This novel is a remake of 'Unknown Note'
Thanks to: Stella Fausta, Novianna Wijaya, Grit Kenson, Vonny Louis, Yuni Jingga, Vivian Salim.
NB:Sorry to Beatricia, I can't place you here because this is a tribute to IX-2 class, but please give a good comments. :)

***
Sekolah Sutomo 2, 12:45

"Hei Stella, buku apa yang akan kita pakai untuk praktikum laboratorium IPA kita hari ini?" Lukas duduk berjongkok di atas kursi kantin seraya mengaduk teh manisnya yang diberi 17 sendok gula, ia bersama dengan Grit, Novi, Vivi, Stella, Vonny, dan Yuni. Kebetulan mereka bertujuh merupakan 1 grup di Laboratorium.

"Well, sepertinya aku belum memutuskan, ayo ke koperasi dan mengeceknya sekarang." Jawab Stella, ia melahap nasi gorengnya dan kemudian berdiri.

"Aku mau warna pink! Aku kan pinky girl." Kata Novi dengan girang.

"Kalau saja ada warna pink, hahaha." Tambah Vivi.

"Tunggu apalagi? Ayo ke sana sekarang, kita harus memilih buku kan?"Mereka bertujuh akhirnya sampaidi koperasi. Stella melihat buku buku tulis dengan cermat untuk memutuskan warna apa yang cocok untuk praktikum mereka hari ini. Mendadak matanya tertuju pada sebuah plastik yang membungkus setumpuk buku, ia mendekat... menatapnya, ng? Sampulnya hitam?

"Wah, buku-buku ini bagus." Seru Lukas yang mendadak sudah meraih dan melihat-lihat buku tersebut.

"Aku setuju, warna hitam memang langka... tapi sayang kalau kita menggunakan buku itu untuk menulis praktikum, gimana kalau buku itu kita beli dan kita biarin kosong, dan kita bawa kemana-mana untuk jadi lambang kekompakan kita?" Usul Vonny.
"Wah, boleh tuh... kita pasti kompak banget kelihatannya." Jawab Grit.

Mata Lukas masih menatap buku itu, perlahan ia membuka plastik pembungkus buku-buku tersebut. Jumlahnya pas, tujuh. Ia meraih buku teratas. Deg! Jantungnya seperti berdetak sedetik lebih kencang saat ia menyentuh buku tersebut, ia merasakan sebuah ikatan... ikatan yang aneh dan...

"Hoi Lukas! Nih buku praktikum kita, warna biru... buku-buku hitam itu lu bawa ke kasir." Kata Novi, menganggetkan Lukas.
"Oke, oke." Mereka menuju kasir, Lukas menanyakan berapa harga buku tersebut, namun kasir hanya menjawab."Tidak usah nak, buku itu sudah bisa dibilang tua, kami sudah cukup senang kalau ada yang mau mengambilnya, apalagi kalau buku-buku itu bisa berguna untuk kalian.""Terima kasih kak!" Jawab mereka bersamaan, akhirnya mereka keluar dari koperasi tersebut. Lukas membuka plastik buku tersebut dan membagi-bagikannya.

"Untukku, Life Note."

"Untuk Grit... Poison Note?" Lukas menyerahkan buku kepada Grit.

"Untuk Novi... Pain Note." Selanjutnya, Novianna. Noviannya meraih dan membuka buku tersebut, dan tersenyum gembira.

"Untuk Vivi... Blind Note." Vivi menerima buku tersebut dan segera menyimpannya ke dalam tasnya.

"Untuk Vonny... Hypno Note."

"Untuk Yuni... Freeze Note."

"Untuk Stella, yang terakhir..."Stella menyambar buku tersebut sebelum Lukas menyelesaikan kalimatnya dengan senyum puas. Lukas menggeleng-geleng dan memasukkan buku itu ke dalam tasnya juga. Mereka bertujuh akhirnya menuju laboratorium IPA untuk memulai praktikum.

***Rumah Lukas-Lukas POV*

"Huff, aku lelah sekali." Aku membanting badanku ke sofa, sungguh hari ini aku lelah, terlebih lagi Stella menyuruhku untuk membawa kodok, padahal aku paling tidak suka hewan amfibi, kalau ular sih aku masih berani membawanya.


"Hup!" Aku tidak tahu kenapa, tapi aku berdiri dan menggapai tasku, membuka dan meraih buku hitam itu keluar. Buku hitam itu seperti buku tulis biasa, hanya saja bersampul hitam, dan... tertulis "Life Note" di sampulnya. Aku membuka halaman pertama. 

"How To Use It: This note can bring back someone to life, you should write the name and the person whose name written and his/her body hasn't rotten yet will gain their life back. This note won't take effect to someone that you don't know his/her face."

"Hoo..." Aku segera membuang buku tersebut ke meja belajarku, ayolah... menghidupkan orang? Omong kosong macam apa ini?

"Tok Tok!"Terdengar suara ketukan pintu di luar rumahku, aku segera beranjak ke depan pintu untuk mengetahui siapa orang itu yang menggangguku jam segini, kalau tukang koran atau semacamnya, aku akan mengusir mereka tanpa ragu. Akhirnya aku tiba di ambang pintu.

"Aku masuk ya."Mendadak handle sudah diturunkan sebelum aku membukanya, orang itu... Stella?

***
3rd Person POV*

"Stella? Ada apa?" Tanya Lukas. Ia tidak habis pikir kenapa Stella mencarinya malam-malam begini, padahal biasanya SMS saja jarang. Bukan hanya itu, Lukas tertegun... ia melihat Vonny, Novi, Grit, Yuni, dan Vivi di belakang Stella, sebenarnya ia bukan kaget dicari oleh mereka malam-malam begini, namun... wajah mereka semua sangat berantakan, seperti habis menangis.

"K-Kalian kenapa?" Tanya Lukas heran, belum sempat seorangpun menjawab, Stella sudah pingsan.

"He-Hei Stella, kenapa? Grit, cepat bawa dia ke sofa!"

"Masa gua nyentuh cewek sih? Dikira pelecehan nanti." Grit berusaha membela diri.

"Alah, dasar pengecut." Akhirnya Novi dan Yuni yang membawanya masuk, menidurkan Stella di sofa. Sedangkan mereka berenam berdiri kaku di ruang tamu, saling bertatapan.

"Lu-Lukas."

"Tolong... Tolong Kas!"

"Hei, Kas... kenapa bisa begini?"

"Arhhh! Pusing!"

"CUKUP WOI! Ngomongnya 1-1!" Pekik Lukas tak tahan, Grit akhirnya maju dan mewakili yang lain untuk bicara.

"Gini, tadi saat aku pulang, aku melihat-lihat buku yang kita beli tadi... Poison Note, di sana tertulis orang yang ditulis namanya bakal keracunan, jadi..."

"Grit menulis nama 'Denny Wijaya', orang yang tidak disukainya di kelas kita, padahal dia hanya ingin bercanda." Sambung Yuni.

"Terus, kami mendapat kabar dari Calvin, sahabat Denny bahwa ia menunjukkan gejala seperti keracunan makanan, sekarang dia lagi dirawat di ruang UGD sebuah rumah sakit sampai dokter bisa memastikan penyakitnya, padahal kabarnya dari tadi siang dia tidak memakan apa-apa." Novi angkat bicara.

"Tapi sebenarnya yang paling parah itu Stella." Vivi yang sejak tadi duduk di sofa mengelus dahi Stella yang tertidur di sebelahnya.
"Kenapa?" Tanya Lukas,ia perlahan menatap ke arah Stella

"Dia menerima Death Note... dan di buku itu tertulis nama orang yang ditulis akan mati, dia menuliskan nama Arianto, fans gilanya di kelas dan barusan saja dia menerima SMS dari Cindy bahwa Arianto telah pergi." Mata Vivian berkaca-kaca, menatap Stella. "Kasihan dia! Dia tidak bermaksud membunuh siapapun!"

Lukas tertegun, dia tidak mempercayai kegilaan yang sedang terjadi sekarang... Denny? Keracunan? Arianto? Mati?

"Mungkin lu nganggep kita gila Kas, tapi percaya deh ma kita, kita nggak bohong!" Kata Grit, menyadari keraguan di mata Lukas.

"Ya, gua hajar lu klo nggak percaya!" Kata Novi sambil mencengkeram kerah baju Lukas.

"OKE! OKE! Gua percaya!" Pekik Lukas, lalu Novi melepaskan tangannya. "Lalu? Kenapa kalian ke sini?"

"Karena sepertinya cuma lu yang bisa nolong Stella." Kata Vonny.

"Lho? Kok gua?"

"Karena lu punya buku kehidupan..." Jawab Vonny lagi.

"Life Note." Tambah Yuni.

***
Lukas POV*

What? mereka mau aku percaya bahwa dengan menulis omong kosong dalam catatan aneh itu seseorang yang sudah mati akan hidup lagi? Sebenarnya yang bodoh itu para juara-juara kelas ini(Vonny dan Yuni juara 2 dan 3 lho) atau aku?

"Cepat Kas... lu mau buat Stella lebih shock lagi? Atau tunggu dia gila?"

"Oke! Oke!" Akhirnya aku tidak punya pilihan, aku mengambil buku itu di mejaku, membuka halaman pertamanya yang masih putih dan bersih, kemudian dengan sebuah pena aku segera menulis: "ARIANTO" dan "DENNY WIJAYA"

"Sekarang, gua ga tanggung segala kemungkinan yang terjadi, gua..."

Entah kenapa suaraku seperti tertahan di tenggorokanku, mataku langsung gelap. Aku seperti melihat sesuatu, aku melihat sebuah vision, aku melihat Arianto dan Denny dalam pemandangan itu. Mereka berdua terbaring di tempat tidur, dan...

***
3rd Person POV*

"Lukas! Bangun!" Mendadak Lukas langsung terbangun, suara Vivian ditambah dengan pengeras suara sukses membuat telinganya berdengung sampai dia terbangun, tubuhnya basah kuyup oleh keringat.

"Apa yang terjadi?" Suara Lukas lemas, seperti habis melihat mimpi buruk.

"Lu pingsan waktu selesai nulis." Jawab Vonny. Dengan acuh, Lukas menegakkan badannya dan mendudukkan diri dengan lemas di sofa.

"Kenapa Kas?" Grit menyadari sebuah kejanggalan dalam tingkah laku Lukas.

"Gua ngelihat sesuatu waktu gua pingsan tadi."

"Apa itu?"

"Shinigami."

Bersambung

making-sweetness POSTED BY ИσρнιЄ ѲЄι あやか AT 08:58 | 0 Comments

? Older posts making-sweetness Newer posts ?