Chap 5:Fear
***
Yuni's POV*
"Pasti saat ini Vonny, Novi, Stella, Vivi, Grit, dan Lukas sedang mencariku." Aku berjalan menyusuri jalanan tokyo. Kemudian menatap ke langit, tidak ada matahari karena saat ini masih musim dingin. "Kenapa... aku pergi ya kemarin?"
Aku menatap ke arah genangan air yang membeku, melihat pantulan wajahku melalui es. Wajahku terlihat pucat, tapi aku memang tidak sakit. Apa aku...
"Takut?" Gumamku. Kemudian dengan sedikit geram mengepalkan tanganku. "Kenapa aku harus takut? Aku sudah berjanji pada semua teman-temanku kalau aku pasti akan membantu mereka!" Aku menarik nafas, melihat tanganku. Mataku terbelalak, tanganku... bergetar?
***
3rd Person POV*
Lukas menyeruput teh manis hangatnya dengan wajah muram sementara Grit dan Stella tetap menuliskan nama penjahat di buku catatan yang ditentukan oleh Lukas. Novianna, Vivian, dan Vonny pergi mencari Yuni.
"Aku bosan." Gumam Lukas seraya mengganti channel TV yang sedang ditontonnya.
"Kami juga, tapi bukankah kita mau mengubah dunia?" Jawab Stella. Memalingkan pandangannya ke Lukas. "Apa jadinya dunia kalau dewanya saja malas seperti dirimu, Kas?"
"Iya iya gua ngerti! Sini gue bantu!" Lukas beranjak dari sofa ke meja tempat Grit dan Stella
bekerja, mereka akhirnya memutuskan hukuman untuk para penjahat bersama-sama, tapi entah kenapa firasat Lukas tidak terlalu enak. Sepertinya akan terjadi sesuatu yang buruk.
***
Vivian's POV.
"Yuni! Yuni!" Aku, Vonny, dan Novi tetap bersikeras mencari Yuni. Kami sedang melihat-lihat taman dan berharap Yuni ada di sini karena setiap Yuni sedih biasanya ia akan mencari tempat yang bagus udaranya. Tunggu, aku seperti melihat seseorang di bangku taman.
"Yuni!" Aku berteriak memanggil sosok itu, sosok Yuni yang tinggi menatap padaku, kemudian ia memeluk tasnya dan menunggu kami menghampirinya. Aku, Novi, dan Vonny segera menghampiri Yuni.
"Yun! Kemana aja? Kami khawatir banget!" Kata Novi saat kami sudah berkumpul, Yuni mengangguk dengan ekspresi yang aneh dan menjawab. "Tidak, hanya jalan-jalan untuk mencari udara segar, lagipula..."
"Brrrmmm!" Suara sepeda motor terdengar mendekati kami, dan... ia menarik Yuni!
"Umphh!" Yuni segera ditarik ke kursi belakang oleh orang yang duduk di belakang motor tersebut, mulutnya ditutup dengan saputangan hingga tidak sadarkan diri. Tanpa menunggu lama, aku, Novi, dan Vonny segera berlari menyusul mereka.
"Brrmm!" Terdengar lagi suara motor, kali ini Lukas dan Grit! Stella menghampiri kami.
"Serahkan semuanya pada mereka." Kata Stella, memeluk tubuhku yang sedikit bergetar karena shock, aku melihat motor biru milik penculik itu berputar balik, pengemudi motor mengeluarkan pisau dan segera melesat ke arah kami. Sepertinya akulah target mereka selanjutnya.
"Nyuutt!"
"Ahhh!" Aku berteriak, sesaat rasanya kepalaku sakit, pemandangan sekitarku berubah menjadi merah, dan... Aku melihat nama penjahat itu! Berada di atas kepalanya bagaikan huruf yang terbang!
''Kelvin Sutirta. Tanpa berlama-lama aku mengeluarkan
'Blind Note' dan mencatat namanya. Namun disaat aku baru akan bernafas lega, dia sudah tepat di depan mataku, dengan pisau di tangannya... bodohnya aku! Kenapa aku tidak sadar... apa ini akhir hidupku?
"Mati!"
"Crashhh!"
***
3rd Person POV*
"Novi!" Vivian berteriak histeris, darah segar keluar dari mulut Novi. Pisau itu telah menusuk punggungnya, Novi melindungi Vivian, di saat-saat terakhir.
"NOVIIII!" Grit tidak tahan lagi akan emosinya, ia segera menge-gas motornya dan dalam sekejap menyusul penculik yang buta itu. Lukas segera melompat ke arah motor itu dan menarik tangan Yuni, terjadi saling rebut yang ketat antara Lukas dan sang penculik di kursi belakang untuk memperebutkan Yuni.
"Stella! Tangkap Yuni!" Akhirnya karena tidak berhasil menarik Yuni, Lukas segera mendorong badan Yuni, dengan sigap Stella menangkapnya. Namun timbullah masalah baru.
"Arghhh!"
Sepertinya Blind Note sudah mulai memperlihatkan efenya, pengemudi motor tersebut sepertinya kehilangan indra penglihatannya. Lukas yang sudah tahu hal itu segera menendang penumpang belakang hingga terjatuh dan mendapat pendarahan parah di kepalanya. Sementara motor tersebut sudah mendarat di semak-semak.
"Grep!" Lukas memegangi leher pengemudi tersebut yang sudah buta. "Kau harus membayar dosamu di neraka!"
"KREKKK!"
Grit yang telah turun dari motornya hanya menutup matanya, dengan perlahan Lukas menutup mata penjahat tersebut dan melangkah ke arah teman-temannya yang
speechless melihat tindakannya barusan.
"Sepertinya tanpa Death Note pun lu bisa membunuh."
"Tentu saja... gue ga akan ragu-ragu."
Bersambung

POSTED BY ИσρнιЄ ѲЄι あやか AT 09:10 |
? Older posts
Newer posts ?