***
3rd Person POV
"Kalian adalah... Death?" Suara Antonio bergetar, menatap teman-temannya yang tengah menatapnya dengan horor. Grit membuka laci dan mengambil sebuah pisau dengan mata yang sudah memerah.
"Yah... dan kau ada A, iya kan?" Antonio berpaling, melihat wajah Lukas yang sudah seperti wajah Iblis dengan taring yang lebih panjang dan lidah sepanjang lidah ular. Grit berdiri, kemudian berjalan mendekati Antonio.
"B-Bukan..." Antonio mundur beberapa langkah, kemudian bersandar ke tembok, Lukas berada tepat di sampingnya, menatapnya dengan senyuman horor. Grit semakin mendekat, tangannya menggenggam erat pisau tersebut persis seperti yang dilakukan oleh Novi tadi.
[Tunggu, Grit.]
Grit berhenti, menatap ke arah Vonny.
[Dia bukan A.]
***
"A! Gawat, ternyata HP-mu telah tertukar!" seru CT,ia berlari ke arah A yang masih duduk di ruang tamu dan mengamati laptopnya.
"Hoo... begitu ya? Apa ada telepon masuk ke HP-ku yang tertukar itu?" tanya A, meraih HP yang diserahkan oleh CT dan mulai melihatnya, memang warna dan tipenya sama dengan HP miliknya.
"Barusan PC meneleponmu, mengabarkan lokasi tentang The Messenger Of Death!"
A bediri, kemudian meraih mantelnya dan berjalan ke arah pintu hotelnya.
"Kita cari mereka!"
***
"Bukan A?" tanya mereka semua serentak, Vonny mengangguk.
"Ya, dia bukan A, aku bisa merasakannya... sekarang dia benar-benar ketakutan dan bingung." jawab Vonny, mendekati Antonio. Antonio menjauh, dengan badan masih begetar.
"A-Apa yang ingin kalian lakukan padaku!?" tanyanya setengah membentak. Vonny mendekat lagi, mengarahkan tangannya ke pelipis Antonio.
"Tidurlah sejenak..." katanya seraya menarik jarinya, Antonio jatuh pingsan di tempat itu. Kekuatan pikiran Vonny memang sudah berkembang, selain membaca pikiran, nampaknya ia sudah bisa memanipulasi ingatan orang lain. "Untuk sementara, ia akan bermimpi buruk... tapi tidak lama lagi ia akan bangun dengan ingatan yang hilang."
"Dia tidak akan bangun." Stella berdiri, mengambil Death Note miliknya. "Kita akan melenyapkannya."
Lukas dan Grit mengangguk setujuh, Yuni menelan ludahnya perlahan. Vonny hanya bisa mengangguk pasrah.
"Aku akan merasa sangat bersalah pada Novi."
"Ini demi dunia..."
Tepat sebelum pena Stella menyentuh bukunya, terdengar suara di luar villa mereka.
"STOP! Messenger Of Death! Anda telah terkepung!"
"SIAL!"